Ketergantungan Masyarakat Terhadap Media Sosial
Pendahuluan
Dewasa ini, perkembangan teknologi
semakin canggih. Dari tahun ke tahun, temuan hasil karya-karya yang inovatif semakin
memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi tersebut sangat memudahkan manusia,
terutama dalam hal berkomunikasi. Dari temuan sebelumnya seperti surat pos,
kini “disulap” menjadi e-mail atau
surat elektronik. Media massa seperti media cetak dan media elektronik juga
berkembang pesat. Untuk memperoleh informasi yang cepat dan terbaru, kini cukup
dengan internet. Berkembangnya internet menjadi trend masa kini, yang dikategorikan
sebagai new media.
Internet awalnya digunakan oleh Amerika
untuk keperluan militer. Pencetusnya bernama ARPA-net yang menghubungkan satu
komputer ke komputer lain. Kemudian berkembang dan akhirnya lahirlah sebuah
internet (interconnected network).
Internet awalnya digunakan di sebuah universitas di Amerika. Lama-kelamaan
internet dapat diakses di setiap rumah-rumah melalui kabel telepon. Hingga
sekarang internet dapat diakses melalui handphone,
pc tablet, dan gadget-gadget lainnya.
Situs
di internet atau biasa disebut web yang tersedia diakses oleh penggunanya yang
tidak ada habisnya. Munculnya internet di masyarakat dapat melihat dunia lebih
luas. Menurut Sardar (2008:159), “Pendukung web berpendapat bahwa web membuka
era demokratisasi baru dengan memberikan kuasa kepada orang biasa untuk
memproduksi dan menerima informasi dan hiburan dari seluruh dunia”.
Internet banyak digunakan karena
dapat berbagi informasi secara cepat. Beberapa situs yang tersedia yaitu media
sosial atau social media. Media
sosial yaitu media online, atau situs yang menyediakan penggunanya untuk
berbagi tulisan, obrolan, dan lain-lain. Situs media sosial seperti blog,
facebook, twitter, wordpress, friendster, myspace, google+ dan masih banyak
lagi situs-situs lainnya.
Masyarakat
yang menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi, dapat mempererat
hubungan satu sama lain. Dengan media sosial kita juga bisa menambah teman.
Sebelum kita dapat terhubung dengan teman di media sosial, kita harus punya
perangkat pendukung seperti komputer, handphone, atau gadget lainnya yang dapat mengakses internet. Media sosial diakses
penggunanya bertujuan untuk saling berbagi informasi, saling berbagi foto atau
video. Media sosial memang dirancang untuk itu, seperti halnya Facebook. Situs
pertemanan ini dibuat oleh mahasiswa Amerika. Awalnya pengguna facebook hanya
di kalangan universitas itu sendiri. Kemudian berkembang hingga sekarang
penggunanya mencapai jutaan orang.
Maraknya situs pertemanan di Indonesia
disambut oleh masyarakat yang kebanyakan penggunanya adalah remaja.
Penggunaanya dari tahun ke tahun semakin meningkat, mulai dari dewasa dan
mewabah ke orang tua, bahkan anak-anak. Mereka menggunakan situs pertemanan
karena kebanyakan remaja Indonesia cenderung mengikuti lifestyle yang terbaru. Apalagi didukung dengan teknologi terbaru
yang kini sedang heboh-hebohnya juga, misalnya dengan smartphone atau pc tablet.
Selain itu terdapat
situs media sosial seperti blog, wordpress yang menyediakan penggunanya dapat
memposting tulisan atau artikelnya. Seperti
halnya blog, disini kita dapat menulis dan mempostingnya sehingga dapat dilihat
oleh pengguna lain. Isinya dapat berupa tentang kesehatan, ilmu pendidikan, catatan
harian atau hal-hal lain yang kita tulis. Tulisan yang dimuat di blog atau
wordpress dapat kita komentari sehingga terjadi komunikasi di dunia maya.
Banyaknya situs media sosial yang populer dan
berkembangya teknlogi, makin banyak pula masyarakat yang menggunakannya. Karena
kebutuhan manusia tidak ada habisnya dan era saat ini masyarakat selalu sadar
informasi. Tahun ke tahun pengguna situs media sosial di Indonesia semakin
marak. Ada pula masyarakat mengambil kesempatannya ini sebagai media promosi,
seperti berbisnis dan promosi lewat twitter atau facebook, berkampanye politik
dan lain-lain.
Banyak produsen teknologi yang
bersaing di Indonesia karena kesempatan pasar yang masyarakatnya “haus” gadget terbaru. Produsen membuat
inovatif terbaru yang diminati oleh konsumen. Harga yang ditawarkan pun bisa
dikatakan tidak mahal. Hanya dengan handphone mereka bisa mengakses internet,
dan membuka situs media sosial yang disediakan. Media sosial yang banyak diakses
adalah situs pertemanan. Mereka bisa menghabiskan berjam-jam dengan di depan
komputer, atau dengan handphone yang
didukung untuk mengakses internet. Aplikasi yang diberikan cukup beragam,
seperti Facebook. Banyak fitur yang diberikan, seperti game, videocall, chatting, berbagi foto atau
video, update status, dan masih
banyak lagi. Menjelajah media sosial tidak ada habisnya. Hal ini bisa dikatakan
bahwa ketergantungan masyarakat terhadap media sosial sudah mewabah di negeri
ini.
Perubahan Budaya
Melihat budaya dahulu, berkomunikasi
tatap muka merupakan hal yang terjadi setiap harinya. Karena manusia adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tidak mungkin seorang
manusia tidak berinteraksi dengan orang lain sama sekali. Masyarakat tidak
tergantung pada alat komunikasi modern seperti telepon. Budaya silaturahmi
masih terasa saat itu, yang menjalin hubungan akrab antar satu sama lain.
Berkenalan dengan orang lain pun, pastinya dengan “face to face”.
Dengan hadirnya surat-menyurat
kemudian muncul teknologi telepon, handphone
atau sms, hingga media sosial, sedikit demi sedikit budaya tatap muka sangat
jarang terjadi. Hadirnya internet yang memudahkan untuk mengakses media sosial,
yang memudahkan untuk berkomunikasi sesama pengguna justru membawa pengaruh
lain yang membentuk budaya baru. Sebagai contoh pengucapan hari raya Idul
Fitri. Hari besar umat Islam ini di Indonesia dikenal dengan budaya
silaturahmi. Dari rumah ke rumah, bersalaman dan bertatapan muka kepada sesama
umat yang menjalankannya. Jarak yang dekat maupun jauh bisa bertemu langsung.
Tetapi lama-kelamaan hadirnya media sosial, cukup dengan mengucapkan melalui
media ini. Media sosial yang membentuk budaya baru memang memudahkan kita untuk
berkomunikasi, tetapi budaya silaturahmi ini seakan-akan “luntur”.
Salah satu penyebabnya yaitu
modernisasi.
Modernisasi dapat diartikan sebagai
perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional yang selalu tertutup berubah
menjadi masyarakat yang lebih terbuka terhadap informasi-informasi terbaru.
Modernisasi yang tidak lain merupakan paham yang pada dasarnya berkiblat pada
kehidupan kebarat-baratan baik dari segi budaya, gaya bahasa, maupun sampai
dengan sesuatu yang prinsip dalam diri seseorang, ini merupakan sebuah
perubahan yang tidak terlalu cocok dengan kebudayaan dan pedoman hidup orang di
Indonesia (Arfin,
dkk. 2010: 113)
Budaya berkomunikasi melalui media
sosial membawa dampak lain jika keseringan menggunakannya. Dalam buku teori
komunikasi massa (McLuhan, dalam Andy dan Farid (eds), 2010: 39) mengatakan
bahwa “dalam menggunakan media, orang cenderung mementingkan isi pesannya saja
dan orang sering kali tidak menyadari bahwa media yang menyampaikan pesan itu
juga memengaruhi kehidupannya”.
Sebagai contohnya adalah Facebook.
Situs pertemanan ini bisa membawa pengaruh negatif jika tidak menyikapinya
dengan benar. Fenomena kemunculan situs-situs jejaring sosial semacam FB
memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah pola interaksi sosial
antara sesama manusia dalam berkomunikasi (Pratiwi, Jurnal Komunikasi, No.2,
April 2012: 152). Masyarakat yang aktif di dunia maya, belum tentu aktif di
dunia nyata. Dalam hal berinteraksi secara langsung, mereka masih kurang.
Mereka bisa menghabiskan waktunya hanya dengan “bermain” Facebook.
Masyarakat yang masih mengandalkan
media sosial sebagai alat komunikasi, mereka yang kurang berhati-hati dalam
menyikapinya bisa saja melupakan teman-teman “fisik” disekitarnya. Mereka cukup
berkomunikasi melalui media sosial tanpa bertemu langsung. Karena kurangya
bertatap muka, bisa jadi seseorang “kurang mahir” dalam berbicara.
Lama-kelamaan seseorang dapat melupakan kehadiran kehidupan nyata disekitarnya.
Fenomena chatting, videocall, comment, update status, tweet, yang selalu
melekat di kehidupan sehari-hari seolah-olah sangat penting. Tak jarang jika
seseorang bertemu dengan sesama teman penggunanya secara langsung untuk meminta
balasan pesan, “like statusku”, “balas commentku”. Bertatap muka pun
beralih ke dunia maya. Mereka berkomunikasi cukup dengan media sosial. Apalagi
media sosial yang didukung dengan aplikasi tambahan yang cukup menghibur.
Mereka terjebak di dunia maya seakan tidak ada habisnya. Para pengguna internet
hanyut dalam realitas virtual yang bersifat imajinatif bahkan fantasi (Adam,
Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009 : 82).
Online
adalah sebuah kosakata umum dalam dunia keseharian kita yang merujuk pada
koneksi kita dengan dunia internet (Adam, Jurnal Komunikasi, No.1, Oktober 2009
: 73). Budaya online sudah mewabah di
masyarakat. Media sosial seperti Facebook, Twitter tidak ada peraturan kosakata
yang digunakan. Masyarakat yang menggunakannya bebas menulis walaupun ejaannya
kurang benar. Sering terjadi penyingkatan kata, yang memengaruhi dalam
pembelajaran kosakata dengan benar. Sebagai contoh kata “kamseupay”, kata ini
kepanjangan dari “kampungan sekali uh
payah” merupakan sebutan dari seseorang yang “kampungan”, yang kurang
trend, yang tidak mengerti lifestyle
terkini. Dalam pembicaraan sehari-hari pun kata tersebut diucapkan jika
terdapat sosok seseorang yang “kamseupay”. Sehingga budaya pengucapan yang
benar menjadi berubah karena media sosial.
Terjebak di Media Sosial
Apakah
efek negatif dari media sosial dapat dihindari? Tentu saja bisa, dengan
menyikapi dan bertanggung jawab dalam menggunakannya kita dapat menggunakan
media sosial secara bijak. Media sosial diciptakan untuk memudahkan kita
berkomunikasi, bukan mempersulit. Komunikasi memang diperlukan, apalagi jarak
yang jauh tidak ada halangan jika kita menggunakan media sosial.
Dunia maya memang menarik, bebas, dan
tidak ada habisnya. Media sosial dibuat se-menarik mungkin agar penggunanya
bertambah dan mendaftarkan dirinya di dunia “virtual” ini. Hanya dengan duduk
manis di depan laptop yang terhubung dengan internet, kita bisa menjelajah
semau kita. Media sosial tiada henti berinovatif memberikan aplikasi yang
menarik untuk dikunjungi. Tanpa sadar kita menggunakan media sosial dengan
menghabiskan waktu berjam-jam lamanya hanya dengan laptop dan masih duduk manis
tanpa memperdulikan orang lain di sekitar kita. Hal inilah yang membuat
“kecanduan” mengakses media sosial.
Pada buku teori komunikasi massa (McLuhan,
dalam Andy dan Farid (eds), 2010: 31): “We
Shape our tools and they in turn shape us” (Kita membentuk peralatan kita
dan mereka pada gilirannya membentuk kita).
Apakah kita mau, teknologi yang
dibuat oleh manusia kemudian teknologi itu sendiri mempersulit manusia?
Menghadapi persoalan tersebut kita harus menyikapi dalam menggunakan sebuah
teknologi. Berhati-hati dalam menggunakan teknologi itu sangat perlu. Seperti
halnya, kita menggunakan media sosial. Media sosial itu sendiri bertujuan untuk
berinteraksi dengan satu sama lain secara tidak langsung atau tidak bertatap
muka. Fasilitas yang diberikan memang memudahkan untuk berhubungan dengan jarak
yang jauh. Terhubung dengan dunia maya, kita juga harus memperdulikan dunia
nyata kita.
Kesimpulan
Perkembangan
teknologi yang inovatif memudahkan pekerjaan manusia, terutama dalam hal
berkomunikasi. Gadget yang dilengkapi
akses internet dapat membuka situs media sosial. Media sosial adalah media online, atau situs yang
menyediakan penggunanya untuk berbagi tulisan, obrolan, dan lain-lain. Situs
media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, dan lain-lainnya dapat berbagi
informasi satu sama lain. Masyarakat menggunakan media sosial sebagai alat
komunikasi. Media sosial menyediakan berbagai fitur yang disediakan secara
menarik.
Selain itu perubahan budaya pada
pengguna media sosial banyak terjadi. Komunikasi secara langsung menjadi jarang
terjadi. Perubahan tata bahasa di media sosial membawa pada kehidupan
sehari-hari. Berlama-lama mengakses situs media sosial dapat “kecanduan” yang
memberikan beberapa dampak seperti menghabiskan waktu dengan percuma, melupakan
kehidupan nyata atau melupakan teman-teman “fisik” di sekitarnya. Sedikit demi
sedikit komunikasi tatap muka jarang terjadi, dan kemahiran berbicara secara
langsung bisa saja berkurang.
Teknologi yang dibuat manusia
seharusnya memudahkan pekerjaan manusia itu sendiri, bukan menyusahkan. Masyarakat
yang bergantung kepada media sosial sebagai alat komunikasi seharusnya lebih
mementingkan komunikasi tatap muka atau secara langsung. Memang media sosial
ini sudah melekat di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka
sulit membayangkan hidup tanpa media sosial; tanpa Facebook, tanpa Twitter,
tanpa Blog.
Daftar Pustaka
Adam,
Luthfi. “Online Culture”. Jurnal Komunikasi,
Vol. 4 No. I (Oktober, 2009), hal. 73-82.
Mardaniah,
Nurul. “Media Massa Dengan Senjata Penghancurnya,” Media Dengarkan Aku eds. Mokhammad Suwaid, Eka Januar
Wahyuningtiyas, Firdaus Fidmatan. Yogyakarta: KAKI-KOE dan Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, 2010.
McLuhan,
Marshall. “Technological Determinism,” Teori
Komunikasi Massa, eds. Dr. Andy Corry Wardhani, M.Si., Dr. Farid Hamid U,
M.si. Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Pratiwi,
Dian Fatma. “Facebook, Silaturahmi, dan Budaya Membaca : Studi Hubungan antara
Penggunaan Situs Jejaring Sosial (facebook) dengan Budaya Silaturahmi dan
Membaca di Kalangan Mahasiswa FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.” Jurnal Komunikasi, Volume 4, No.2
(April, 2010), hal. 152.
Sardar,
Ziauddin., Borin Van L. Membongkar Kuasa
Media, terj. Dina Septi Utami. Yogyakarta: Resist Book, 2008.
catatan : tulisan ini sebagai tugas kuliah
mantapp
BalasHapusSeseorang yang tidak puas dengan komunikasi di kehidupan sosial di lingkunganya dapat melarikan diri ke dunia maya #sosialmedia, kedalam dunia maya yang sesuai dengan apa yang diharapkan,yang diinginkannya (yusuf dan Subekti (2010 :96)
BalasHapusSlamat siang Mas, saya membaca referensi jurnal di tulisan anda ini. apa saya bisa minta file pdf jurnal tersebut?
BalasHapuskarena saya ada tugas kampus membuat pertunjukkan promosi kesehatan terkait gadget dan anti sosial.
dan saya perlu jurnal sebagai referensi membuat latar belakang masalah makasih sebelumnya
Veve Stephani-FKM UJ.